Cerita-Cerita


"Terkadang aku mungkin harus bercerita,
Meski ceritaku tidak pernah menarik bagi siapapun itu. Lebih-lebih buat kamu."

"Kau satu-satunya perempuan yang harus mendengarkannya", ucapnya saat aku sedang asyik baca buku lalu berhenti untuk membaca pesan whatsapp-nya. "Kenapa harus aku? ", tanyaku. Karena kau yang seringkali memintaku bercerita, meski sudah aku tegaskan kehidupanku tidak punya cerita menarik. Baiklah, ayo ceritakan! Barangkali karena tidak aku minta, ceritamu jadi menarik.
Dia pun mulai bercerita di pesan whatsapp-nya.
"Apa aku salah ya? Aku hanya membela anakku sendiri atas perbuatan tidak sengajanya. Tetapi kenapa mbakku itu tidak mau memahaminya. Bukankan ini perkara anak kecil. Mereka masih belum tahu sebagaimana orang dewasa bersikap".
Memangnya bagaimana kronologis kejadiannya? Aku bertanya dengan sedikit penasaran dan mulai merasa tertarik dengan ceritanya kali itu.
Waktu itu, anakku bermain bersama dengan anaknya. Tidak sengaja tangan anakku mengenai mata anaknya. Dia marah sambil menggerutu kepadaku apa tidak bisa jaga anak. Seperti itu dia bercerita, ya sudahlah tidak akan aku ceritakan detail. Tentulah Anda memahaminya. Namanya juga anak kecil. Tetapi kali ini, aku merasa senang dengan ceritanya. Bukan karena ceritanya kali ini prihal ibu dan anaknya melainkan ini berdasar kejadian. Beda dengan sebelumnya, yang hanya tentang keinginan tertunda karena ketakutan sendiri atau kebosanan karena rutinitas yang monoton. Aku juga lebih senang lagi ternyata Anda suka membaca cerita pendek.
Ketika itu saya cermati ceritanya dengan sangat hati-hati. Alhasil dia sedikit baper.
"Terima kasih atas segala perhatianmu. Terlebih untuk saat ini. Kau ada bersama waktumu untuk mendengar ceritaku. Ucapnya setelah puas bercerita.
Rumahnya berdekatan dengan rumah mertuaku. Jadi, ketika aku bermalam beberapa hari disana, aku sering memintanya untuk datang ke rumah. Meski hanya sekedar meminjam buku, kita sempatkan bercerita. Terkadang sebaliknya, aku yang datang ke rumahnya. Masih dengan bercerita sambil bermain bersama anak lelakinya. Lalu menengok jambu kristalnya apa ada yang matang ketika hendak pulang.
Temenku itu baik hati dan Wonder Woman kalau katanya teman yang lain. Dia tinggal bersama ibu dan lima saudaranya. Ada dua laki-laki salah satunya. Pada kenyataannya diantara mereka ada ketidakharmonisan. Dia berjauhan dengan suaminya. Mungkin sebulan sekali bertemu. Sedang dia sejak anaknya usia 8 bulan hingga sekarang sudah 3 tahunan selalu bolak-balik dokter. Kakak laki-lakinya dengan status duda yang sering mengantarkan temanku kalau berpergian. Terkadang dia mengeluh karena anaknya yang sering sakit karena epilepsi. Tidak heran jika merasa lelah.
Hiburannya hanya anak dan motor barunya. Semenjak suaminya membelikan motor baru, dia kerap jalan-jalan keliling kompleks sambil mencari jajanan pasar. Itu pun dia lakukan saat anaknya tidur siang. Dalam perjalanannya pun dia risau, apa anaknya terbangun dan menangis atau seisi rumahnya tidak ada yang tahu kalau anak lelakinya bangun. Tiap datang ke rumah mertuaku pun, dia seolah tidak tenang.
Tidak lama dari pesan bapernya, dia menambahkan ceritanya lagi.
Oh iya, aku sudah bisa bawa anakku jalan-jalan dengan mengendarai motor. Kau tahu bukan ketakutanku selama ini. Tetapi setelah aku bicara baik-baik, ternyata semuanya jauh dari dugaanku. Dia anteng selama di jalan dan berpegangan erat.
Aku bahagia sekali mendengar ceritanya kali itu. "Coba saja kau seberani itu dalam bersikap dan mengambil keputusan. Tentu kau tidak akan sering mengeluh karena adanya jarak dengan suamimu, anak yang sering sakit, atau saudara yang seperti orang lain. Anakmu pun ingin berkumpul dengan ayahnya. Dia lama kehilangan sosok ayahnya. Entahlah, dia pun mengakhiri ceritanya.
Malam itu pun ceritanya selesai. Besok kalau kita melanjutkan bercerita hal lain, tidak lupa akan aku tulis untuk Anda atau yang lain yang suka membaca cerita pendek. Saya pun meyakini, jika Anda mempunyai banyak cerita menarik. Hanya saja malas menulis untuk hal-hal sederhana. Cobalah lebih berani menulis agar Anda tidak melulu sebagai pembaca. Saya pun sangat berharap membaca cerita pendek Anda atau tulisan lainnya. Menarik bukan jika kita saling membaca dan menulis cerita. Dengan begitu kita akan dekat.
Saya tunggu tulisan Anda besok meski hanya sekedar sapaan pagi lewat whatsapp, "Selamat pagi, temanku yang jauh! ".
08-11-2018